Piece of Cake


-Part 2-


Rawon


               Jika libur sekolah tiba aku bersama kedua kakakku pergi menginap di rumah kakekku, namun setiap sebulan sekali di akhir pekan kakekku datang ke rumah untuk mengunjungi kami. Hari itu hari sabtu kakek mengunjungi kami. Kakek datang saat jam makan siang. Mbah Wi (asisten rumah tangga) sudah menyiapkan semua makanan dan minuman di meja makan, dan menyuruhku untuk mempersilahkan kakek makan siang. Aku mengajak kakek menuju meja makan. Tapi kondisi ruang makan cukup gelap dan hanya mendapat pencahayaan dari sebatang lilin di pojok ruangan. Kakekku yang penglihatannya sudah rabun dan salah satu matanya mengalami katarak ditambah kondisi ruangan yang gelap, semakin membuat kakekku tidak bisa melihat. Sebagai cucu yang baik aku mengambilkan makanan untuk kakekku. Ku ambilkan se entong nasi, rawon dan tempe ke atas piring, dan ku tuangkan air mineral ke dalam gelas. Kakekku sangat berterimakasih dan senang karena memiliki cucu yang perhatian dan suka menolong. Kakekku membawa piring dan gelas tadi menuju ruang keluarga. Dari kejauhan kulihat samar-samar kakek sedang makan dengan lahap. Aku sangat senang dan bangga pada diriku sendiri telah membuat kakekku kagum. Aku beranjak menuju dapur dan bertanya pada Mbah Wi, “Mbah Wi tadi rawonnya beli atau masak sendiri?”. Wajahnya terlihat bingung mendengar ucapanku. “Rawon? Embah gak beli atau masak rawon, non”. Mendengar jawabannya sontak membuatku terkejut bukan kepalang. Aku langsung menghampiri meja makan dan mencicipi isi mangkuk yang berwarna hitam itu. “Non, gimana cao buatan embah, enak gak?”, tanya Mbah Wi yang berdiri di belakangku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Teori Kepribadian Psikoanalisa (Freud) dengan Teori Kepribadian Lainnya

Analisis Ciri, Sifat dan Karakter Hendy Setiono (Pengusaha Kebab Turki)

Apa yang membuat orang lupa dan mengingat?