Sejarah Psikologi Klinis
1. Psikologi
Klinis
Psikologi
klinis adalah salah satu bidang psikologi terapan, yang menggunakan
konsep-konsep psikologi perkembangan, psikologi kepribadian, psikologi
abnormal, psikopatologi, dan prinsip-prinsip dalam asesmen dan intervensi. Jika
diartikan secara sempit, psikologi klinis adalah mempelajari orang-orang yang
mengalami abnormal atau subnormal, serta dalam pemeriksaannya menggunakan tes
yang biasanya dilakukan di rumah sakit.
Sedangkan, jika diartikan secara luas, psikologi klinis adalah bidang psikologi
yang membahas dan mempelajari gejala dan rintangan emosional manusia, baik
abnormal ataupun subnormal. Tujuan psikologi klinis adalah untuk memahami dan
memberikan bantuan bagi orang atau klien yang mengalami gangguan-gangguan
psikologis, gangguan penyesuaian diri dan tingkah laku abnormal.
2.
Awal
Psikologi Klinis
Tahun
1896 hingga 1946 merupakan tahun-tahun dimana praktik ataupun wacana tentang
psikologi klinis mendominasi dunia psikologi pada umumnya. Menurut Arieti, 1959
& Phares, 1993 (dalam buku pengantar psikologi klinis, 2003:3), penggabungan
pertama kali istilah psikologi (sebagai psikologi akademik atau sebagai ilmu)
dengan istilah klinik (sebagai tempat berobat), dilakukan oleh L. Witmer. Dari
penggabungan ini dapat dilihat bahwa bidang terapan ini berpijak pada dua
disiplin ilmu, yaitu psikologi akademik dan kedokteran (psikiatri). Psikologi
Klinis merupakan gabungan dari Psikologi Medis (yang merupakan perkembangan
dari psikiatri), dan Universitas Klinik yang didirikan oleh L. Witmer, yaitu
merupakan perkembangan lebih lanjut dari mental tes dan psikologi
eksperimental, atau sering juga disebut psikologi akademik, psikologi sebagai
ilmu.
Pada tahun 1896 didirikan
klinik psikologi (psychological clinic)
di Universitas Pensylvania, oleh Lightner Witmer untuk pertama kalinya. Lighther
Witmer adalah alumni tahun 1988 di Universitas Pensylvannia. Witmer bekerja
bersama Wilhem Wundt di Leipzig di program doktoral bidang psikologi. Setelah lulus,
ia langsung menjabat sebagai direktur laboratorium psikologi Universitas
Leipzig. Awal mula yang menjadikan Witmer sebagai psikolog klinis adalah ketika
ia menerima tawaran dari seorang guru sekolah bernama Margareth Maguire yang
memintanya untuk membantu Charles Gilman salah seorang muridnya, yang didiagnosa
atau dideteksi mengalami kesulitan dalam belajar yaitu mengeja. Dalam menangani
Charles, Witmer melakukan pendekatan dengan memberikan penilaian atau assesmen
yang selanjutnya melakukan serangkaian pengobatan yang sesuai. Hasilnya menunjukkan
bahwa Charles mengalami amnesia verbal-visual, kerusakan visual, baik dalam hal
membaca dan masalah mengingat, atau yang sekarang disebut disleksia. Charles
berhasil normal membaca, dengan menggunakan
teknik tutorial yang intensif yaitu mengenalkan kata tanpa terlebih dahulu
mengejanya. Selanjutnya University of Pennsylvania terkenal dalam mengobati
orang-orang dengan kesulitan belajar.
Pada saat itu ia mulai mendirikan
klinik psikologi pertama di dunia. Klinik psikologi ini tidak
melayani orang-orang sakit atau orang-orang yang mengalami gangguan dalam
penyesuaian diri. Disini tugas para psikolog adalah memeriksa dan mendeteksi
anak-anak yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Selanjutnya pendirian
klinik seperti ini mulai bermunculan di universitas-universitas lain, yakni
klinik psikologi yang didirikan oleh Carl E. Seashore di Universitas IOWA.
Tercatat 19 klinik psikologi pada tahun 1914 dan pada tahun 1935 jumlahnya
meningkat menjadi 87 klinik.
3.
Psikologi
Klinis di Tengah Perang Dunia II
Mulai
tahun 1900 hingga 1920, telah banyak ditemukan alat-alat psikologi, salah
satunya adalah tes intelegensi. Pada tahun 1905 di Paris, skala intelegensi
dipublikasikan oleh Binet (tes Binet), untuk pertama kalinya. Tes Binet semakin
diperluas pada saat perang dunia I oleh psikolog Amerika. Pada perang dunia I, terjadi perekrutan
anggota militer secara besar-besaran dan harus dikelompokkan menjadi kelompok
orang yang memiliki intelektual dan kelompok orang yang stabil psikologisnya.
Sehingga menghasilkan tes intelegensi The Army Alpha dan The
Army Beta dan untuk membantu
mendiagnosa gangguan perilaku. Sebelum tes Binet, Jung telah mengusung
tes asosiasi pada tahun 1904, yang bertujuan mengumpulkan makna-makna tak sadar
manusia. Dilanjut pada tahun 1917, tercipta kuesioner Personal Data Sheet oleh Woodsworth, yang bertujuan untuk
menyeleksi tentara yang mengalami permasalahan psikiatris. Hampir dua juta
orang telah dievaluasi oleh para psikolog, tahun 1918. Hingga pada tahun 1920, dirumuskan standar
reliabilitas, validitas dan norma dalam tes psikologi. Perang tidak
hanya mengubah pandangan masyarakat mengenai psikologi klinis, namun juga
mengubah cara penggunaan psikologi klinis.
Psikologi
klinis memperluas dan mengembangkan tes intelijensi, baik untuk anak maupun
dewasa, serta menambah pengukuran baru tentang emosi, minat, perilaku, dan
kemampuan khusus, serta mengadopsi alat tes lainnya dari psikiater Eropa di
bidang psikoanalisis. Beberapa jenis tes yang dikenal hingga saat ini, antara
lain pada tahun 1919 Jung’s Association Test, yang diciptakan oleh Jung; Roschach Inkblot Test pada
tahun 1921; selanjutnya tahun 1926 tercipta the Miller Analogies Test
dan the Goodenough Draw-A-Man Test; satu tahun berikutnya tercipta
the Strong Vocationl Interest Test; the Thematic Apperception Test (TAT) pada
tahun 1935; dan the
Bender-Gestalt Test pada
tahun 1938; serta the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale pada tahun
1939.
4.
Awal
Organisasi Profesional Psikologi Klinis
Tahun1917
menjadi awal organisasi profesional (America Association of Clinical
Psychology) memperkenalkan nama psikologi klinis. Meskipun dua tahun kemudian
organisasi ini ditutup, G. Stanley Hall mendirikan cabang psikologi klinis
berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan oleh APA (American Psychological Association) pada tahun 1892. Setelah itu,
pada tahun 1930 terbentuknya American
Association of Applied Psychology, yaitu organisasi utama setelah perang
dunia kedua. Terjadi reorganisasi pada APA, dimana psikologi klinis menjadi
satu diantara 12 divisi. Para psikolog baru memulai bidang khusus dari organisasi
induknya, yang disusul dengan didirikannya Journal Of
Abnormal Psychology sebagai bentuk pengembangan pendidikan bagi para psikolog
klinis.
5.
Psikologi
Klinis Pasca Perang Dunia II
Pengenalan
hukum psikologi klinis sebagai profesi tumbuh dan berkembang dengan baik. APA
menyediakan sertifikasi bagi psikolog klinis yang telah ahli dibidangnya dan
telah memiliki banyak pengalaman. Meskipun penelitian klinis semakin luas,
namun banyak menghasilkan kesimpulan yang negatif, seperti perbandingan nilai
keputusan diagnostik dengan keputusan statistik, ketidakfungsian tes
kepribadian, dan efektifitas psikoterapi tradisional. Sehingga, memotivasi para
ahli dalam mengembangkan pendekatan-pendekatan baru, seperti humanistik dan
behavioral.
Setelah perang dunia II, tahun 1945,
cakupan psikologi klinis lebih luas, seperti alat-alat psikologi dalam
melakukan asesmen dan merubah perilaku manusia, serta dalam pendekatan teori. Namun,
mulai tahun 1970-an, psikologi klinis cenderung menggunakan psikoterapi
dibandingkan asesmen atau diagnosis yang hanya 10% saja.
Pada tahun 1950-1980, hak seorang
psikolog klinis dalam memberikan psikoterapi sering dipermasalahkan, yang
disebabkan psikologi klinis tidak mempunyai pendidikan dasar kedokteran. Sementara
psikoterapi hanya dapat digunakan oleh psikiater. Namun, terdapat pendidikan
formal dan pendidikan praktik untuk menunjang ketrampilan khusus yang
berhubungan dengan psikologi dan asesmen psikologi.
6.
Psikologi Klinis Abad-21
Selama lebih dari 100 tahun,
psikologi klinis mengalami kemajuan pesat namun masih belum sempurna dalam perkembangan
dan pengujian. Ketika memasuki abad 21, psikologi klinis banyak menemui hal-hal
seperti cara melatih siswa, layanan klinis, cara pembayaran, tempat yang
digunakan dalam melakukan tes, dan perawatan bagi penderita gangguan
psikologis. Psikologi klinis tidak hanya dipandang sebagai suatu ilmu, akan
tetapi orang-orang telah menjadikan psikologi klinis sebagai sarana dalam
pemecahan masalah yang mereka miliki. Namun, pandangan dan penerimaan psikologi
klinis ini tidak merata, dikawasan negara-negara timur masyarakatnya masih awam
karena mereka masih berpikir jika orang yang mendatangi psikolog klinis adalah
gambaran orang sakit jiwa atau pun rumah sakit jiwa.
Daftar Pustaka
Slamet,
Suprapti&Markam, Sumarmo. 2003. Pengantar
Psikologi Klinis. Jakarta: UI Press.
Ariesta Handoko Pratama. 24 Maret 2012.
Sejarah Psikologi Klinis (Online). http://ariestahandoko.blogspot.com/2012/03/sejarah-psikologi-klinis.html diakses tanggal 19 Februari 2014).
Clinical Psychology. 2014. The History of Clinical Psychology (Online) http://www.clinicalpsychology.net/resources/the-history-of-clinical-psychology/ diakses tanggal 19 Februari 2014).
Diana
Apriliyanti. 29 Mei 2010. Sejarah Psikologi Klinis dan Pendekatan Psikodinamika (Online). (http://dianapsycho.blogspot.com/2010/05/sejarah-psikologi-klinis-dan-pendekatan.html diakses tanggal 19 Februari 2014).
Tanpa nama. 19 Maret 2012. Sejarah Psikologi Klinis (Online). http://singkrof.blogspot.com/2012/03/sejarah-psikologi-klinis.html diakses tanggal 19 Februari 2014).
Komentar
Posting Komentar